Tiada Hari Tanpa Belajar

Kisah Sayyidina Khidr (as) dan Sayyidina Musa (as)

Advertisement
Belajar dan NgeBlog -

Sayidina Khidr (as) dan Nabi Musa (as)

Sayidina Khidir (as) dan Nabi Musa (as)
Sultan Awliya Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani qs
Lefke Cyprus, 23 Maret 2005



Bismillahir Rahmaanir Rahim, Astaizzu Billah

"wamaa ya'lamu tawiilahu illaa allaahu waalrraasikhuuna fii al'ilmi" (3:7)
Dan tidak mengetahui penjelasannya (ta'wilnya) padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.

Ada Ilmu Zahir, ilmu pengetahuan yang terbuka jelas dan ada ilmu pengetahuan yang tersembunyi, atau  pengetahuan batin; karena untuk segala sesuatu yang jelas, pasti ada sesuatu yang tersembunyi.


Tamu: Apakah ini berarti bahwa Sayidina Khidir (as)  memiliki pengetahuan yang didasarkan pada pengetahuan tersembunyi" (3:7), dan Nabi Musa (as) tidak memiliki pengetahuan yang tersembunyi itu?

Maulana Syekh Nazim qs: Sayyidina Musa (as) mewakili pengetahuan yang tampak jelas, atau disebut pengetahuan Syariah '. Sayyidina Khidr (as) memiliki pengetahuan batin / tersembunyi, pengetahuan tersembunyi yang berakar. Sayyidina Musa (as) melihat apa yang terlihat. Sayyidina Khidr (as) melihat apa yang tidak terlihat yang ada di bawah pegunungan dan apa yang berada di bawah laut. Syariah adalah hukum yang jelas, dan Tarekat adalah yang tersembunyi.

Tamu: Ceritakan tentang hal ini ya Mawlana ketika ikan yang dimasak oleh Nabi Yusha (as) ... Ikan ini hidup kembali dan kembali ke laut. Jika kita mau berpikir pastilah ikan dimasak pasti sudah mati tetapi mengapa ikan itu menjadi hidup kembali dan melompat ke laut ...

Maulana Syaikh Nazim qs: Astaghfirullah, astaghfirullah, Dastur Ya Rijal Allah. Karena Allah (swt) ingin memberikan Sayyidina Musa (as) sebuah tanda, karena Musa as ingin bertemu dengan seorang pria yang memiliki lebih banyak pengetahuan daripada dirinya.

Tamu: Jadi, dapat kita katakan sebagai contoh bahwa perbedaan antara pengetahuan Musa (as) dan Khidir (as) adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati?

Maulana: Hal ini tidak sejauh itu, tapi, "Huwa Al-'Awwalu Wa Al-' Akhiru Wa Az-Zahiru Wa Al-Batinu" (57:3). Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Beberapa hal mewakili apa yang terlihat. Beberapa hal mewakili yang tersembunyi karena tidak semuanya tampak/wujud. Ada juga yang tersembunyi di dalam. Hal ini berbeda dari apa yang nyata terlihat. Gunung-gunung ini dari kejauhan muncul sebagai pemandangan yang berbeda dari sudut pandang disisi lainnya. Kami mendekatinya untuk melihat tampilan yang berbeda dari ketika kami berada pada jarak yang jauh dari gunung tersebut.

Allah (swt) membuat sebuah istana, istana Syariah dan istana Haqiqah. Penampilan luarnya adalah Syariah dan bagian yang tersembunyi adalah Tarekat. Penampilan luar istana adalah satu hal, tapi setelah kalian memasuki istana itu, Anda melihat sesuatu yang lain. Dan Allah (swt) memberi tanda untuk Sayyidina Musa (as) ketika ia mencapai titik untuk bertemu seorang lelaki yang telah Kami ajarkan pengetahuan dari diri mereka sendiri." (18:65) "Min Ladunna 'Ilman" (18:65). Pengetahuan Ilmu Laduni

Sebuah tanda diberikan, dan itu sesuatu yang luar biasa. Allah (swt) memberikan kehidupan kepada ikan yang telah dimasak dan memungkinkan dia untuk kembali ke laut. Mereka mencarinya dan tidak bisa menemukannya. Jadi mereka mengerti bahwa mereka telah mencapai tempat yang ditunjuk. Dan tanda itu diberikan kepada mereka bahwa Allah (swt) telah membuat ikan yang dimasak itu kemudian hidup kembali dan menemukan jalan untuk kembali ke laut.

Tamu: Bisakah kita mengambil manfaat dari kata ini 'sabil' / cara - yang berarti ikan memiliki dua jalan kemungkinan  baik Musa (as) dan Yusha (as) akan makan itu dan ini adalah akhir dari itu, atau cara yang lain ketika ikan itu kembali ke laut?

Maulana: Ini adalah jauh dari kita untuk dapat melihat hal ini dalam cara ini, karena mereka tidak memakannya. Tapi mereka dimaksudkan untuk memakannya.

Tamu: Ikan bukanlah target yang akan dimakan, tapi mewakili kehidupan dan butuh jalan ke laut ...

Maulana: ... ke laut. Hal ini menunjukkan kehidupan ikan di laut, bukan di luar laut. Ada dua poin yang dibuat pada hal itu: Jika ikan tidak dimasak, masih tidak memiliki kehidupan. Jika kita menambahkan bahwa ikan itu dimasak, maka dua kali lipat (ikan itu pasti mati). Jadi Allah (swt) mewujudkan Kekuasaan-Nya. Ikan tidak hanya mati, keluar dari laut, tetapi juga dimasak dan Allah (swt) membuatnya hidup. Jadi tidak dimasak adalah satu hal, dan ikan dimasak adalah sesuatu yang lain. Pertama-tama, jika ikan menemukan jalan kelaut sebelum dimasak - ikan mentah, mak ini sesuatu yang normal. Dari sana ia menemukan jalan kembali ke laut juga. Tapi ikan itu telah dimasak adalah sesuatu yang tidak biasa ajaib, extra ordinary, tanda Kekuatan Dia Yang Maha Benar, Yang Haqq. Selain itu, jika ikan tidak menunjukkan jalan, maka ikan tidak akan mampu menemukan jalan ke asal-usulnya; dan asal-usulnya adalah di laut. Itulah arti 'dimasak', itu bahkan lebih jauh dan ikan kembali ke laut, dan kemudian hidup lagi seperti sebelumnya.

Tetapi pertama-tama, ikan menemukan jalan keluar dari laut dan kemudian dimasak di sana, ia menemukan jalan kembali ke asalnya, laut. Jika setelah semua itu terjadi, mereka tidak menyadarinya. Pikiran manusia tidak akan memperhatikan bahwa ikan mati yang telah dimasak kembali ke laut, dan hidup. Apa yang terjadi menunjukkan bahwa kembalinya ikan ke laut (setelah dimasak) adalah lebih menunjukkan keajaiban yang lebih besar. Kejadian ini menunjukkan kepada Sayyidina Musa (as) tentang Kemaha Besaran Allah dan Allah Yang Maha Kuasa (swt).

Sayyidina Musa (as) tercengang. Dia mengerti tanda pertama ini - bahwa apa yang kau temukan sebagai tanda bahwa ia akan bertemu seseorang yang menakjubkan, seperti soal ikan ini. Jangan heran dari kata-kata dan apa yang dia lakukan. "Itu membuat titik balik bagi Sayyidina Musa (as) tentang pertemuannya dengan Sayyidina Khidr (as). Jika tidak, maka ikan yang telah dimasak tidak mungkin hidup kembali dan jalan kelaut.

Jadi dia melihat dan menyadari bahwa saya akan bertemu dengan seseorang yang memiliki ilamu laduni ini dan itu atribut dari Nabi Khidir as." Sayidina Khidir (as), seperti ikan yang menemukan jalan ke laut. Sayyidina Khidr (as) juga memiliki kemampuan untuk membuatnya dapat menemukan jalan menuju Samudra Kekuatan, Samudera Pengetahuan, Pengetahuan Ilahi bahwa Tuhannya mengajarinya dari Ilmu Ladunnihi (dari diri-Nya). Pengetahuan ini bukan untuk semua orang. Ini benar-benar luar biasa. Meskipun Sayyidina Musa (as) adalah manusia, tetapi ia dibawa ke Hadirat Ilahi - ini adalah sesuatu yang besar - untuk mengajarinya dari Pengetahuan Allah (swt), Pengetahuan Ladunni-Nya. Caranya adalah ketika Sayyidina Khidr (as) memberi tanda bagi Sayyidina Musa (as), "Jangan berpikir dia sepertimu dan keadaan sepertimu. Dia telah diperkaya denan Ilmu Laduni. "

Jadi Nabi Khidir as adalah seorang pria yang terlatih, dan Tuhannya mengajarkan kepadanya Pengetahuan Ladunni. Jika dia tidak terlatih - maka tidak ada jalan yang dapat mengajarkan pengetahuan ini. Dapatkah apa yang ada di laut disebut ikan? Dapatkah Anda memanggil laut? Dapatkah Anda memanggil ikan di laut? Tidak, tetapi laut mengandung semua jenis makhluk yang tak terhitung banyaknya. Ketika kita melihat laut dengan segala macam makhluk, kita tidak bisa mengatakan, "Ini adalah ikan." Ini adalah laut dengan apa pun yang ada di dalamnya! Namun, ikan selalu terkait dengan laut. Bahkan jika itu terlihat berbeda, itu adalah bagian dari laut. Tanpa laut maka ikan tidak akan memiliki kehidupan.

Semua alam semesta berada di Samudra Kekuasaan-Nya. Jika tidak ada Samudra Kekuatan-Nya, maka tidak menjadi nyata. Alam semesta terkait dengan Samudra Kekuasaan. Oleh karena itu kita tidak mengatakan itu adalah persis sama, kita tidak mengatakan bahwa itu adalah berbeda dari itu. Tidak, itu tidak mungkin. Jika tidak berbeda dari itu, maka kita dapat mengatakan ikan di laut atau kita dapat mengatakan bahwa laut adalah ikan. Tetapi ikan tidak tepat untuk dikatakan laut dan hal itu tidak berbeda. Allah (swt) tahu yang terbaik. Fatiha.

Ya Tuhan kami ajarkan kami; ajarkan kami apapun yang dapat memberi manfaat bagi kami. Ya Tuhan kami, jadikan kami dapat memahami dan mengerti. Imam Zaman ini Sayidina Mahdi as rahasianya masih belum dibuka. Seperti apa yang telah kita singgung di sini. Rahasia seperti ini akan datang dan semua makhluk akan merasa puas. Allahu Akbar! Mari kita makan makanan kita karena kita menjadi lapar! Allahu Akbar!

Wa min Allah at tawfiq


Sayidina Khidr (as) and Prophet Musa (as)
Sultan Awliya Mawlana Syaikh Nazim Ail Haqqani qs
Lefke Cyprus, 23 March 2005


Bismillahir Rahmaanir Rahim

Astaizzu Billah, “Wa Ma Ya’lamu Ta’wilahu Illa Allahu Wa Ar-Rasikhuna Fi l-‘Ilmi” (3:7)
There is Zahir/apparent knowledge and there is hidden/batin knowledge; because for everything that is apparent, there is something hidden.

Guest: Does this mean that Khidr (as) was “... firmly grounded in knowledge” (3:7), and that Moses (as) did not have that attribute?

Moulana Shaykh Nazim qs : Sayyidina Moses (as) is representing the apparent knowledge, Sharia’. Sayyidina Khidr (as) represents the knowledge of the batin/hidden, the deeply rooted hidden knowledge. Sayyidina Moses (as) saw what is apparent. Sayyidina Khidr (as) sees what is under the mountains and what is under the seas. The Sharia is the apparent ruling, and the Tariqa ruling is the hidden one.

Guest: About this case Mawlana: the fish, the cooked fish with Yusha (as)... This fish came back to life and went back to the sea. The cooked fish was dead and became alive again and jumped into the sea ...
Moulana: Astaghfirullah, astaghfirullah, Dastur Ya Rijal Allah. Because He (swt) wanted... Allah (jwa) wanted to give Sayyidina Moses (as) a sign because Moses wanted to meet a man who had more knowledge than he did.

Guest: So, can we say for example that the difference between the knowledge of Moses (as) and Khidr (as) is like the difference of life and death?

Moulana: It is not to that extent but, “Huwa Al-‘Awwalu Wa Al-‘Akhiru Wa Az-Zahiru Wa Al-Batinu”(57:3).
Some represent what is apparent. Some represent the hidden because not everything is manifest. There is also the hidden inside. It is different from what is manifest. These mountains from a distance appear as a view that is different from another viewpoint. We approached to see the view which is different from when we were at a distance from the mountains.

Allah (jwa) made a palace, the palace of Sharia’, or the palace of Haqiqa. Its outer appearance is Sharia’ and its hidden part is Tariqa. The outer appearance of the palace is one thing, but once you enter it, you see something else. And Allah (jwa) gave a sign to Sayyidina Moses (as) when he reached the point to meet a man “whom We had taught knowledge from Ourself.”(18:65) “Min Ladunna ‘Ilman”(18:65).

A sign was given that was out of the ordinary – Allah(swt) gave life to a cooked fish and allowed it to go back to the sea. They searched and couldn’t find it. So they understood that they had reached the appointed place. And the sign was given to them that Allah (swt) had made the cooked fish alive and it found its way to the sea.

Guest: Can we take benefit from this word ‘sabil’/way - meaning the fish had two possible ways: either Moses (as) and Yusha (as) were going to eat it and this was the end of it, or in the other way, it was going to the sea?

Moulana: It is far from us to notice this point in this way, because they did not eat it. But they intended to eat it.

Guest: The fish is not the target to be eaten, but it represents life and it took its way to the ocean ...

Moulana: ... to the sea. It indicates the life of the fish is in the sea, not outside the sea. There were two points made at that place: If the fish was not cooked, it still had no life. If we add to it that it was cooked, then it doubled (it was surely dead). So Allah (swt) manifested His Power. The fish is not only dead, out of the sea, but it was also cooked and Allah (swt) made it alive. So it not being cooked is one thing, and it being cooked is something else. First of all, if the fish found its way before it was cooked – an uncooked fish, normal. From there it found its way to the sea also. But it (having been cooked) was extra ordinary, a sign of The Power of Al Haqq (jwa). Additionally, if the fish was not shown its way, the fish would not be able to find its way to its origin; and its origin is in the sea. That is what ‘cooked’ means – it is even further away from returning to the sea, and then it is alive again like before.

But first of all, the fish found its way out from the sea and then from (being cooked) there, it found the way back to its origin, the sea. Otherwise, after all, they would have not noticed. The human mind would not have paid attention that an uncooked fish goes back to the sea, alive. What happened shows that its return to the sea (after having been cooked) is much greater. This incident showed to Sayyidina Moses (as) the Might of Allah (swt). Sayyidina Musa (as) was astonished. He understood this first sign – that “what you will find and the one you will meet is an astonishing person, like the matter of this fish. Do not be astonished from his words and what he does.” It made a point to Sayyidina Moses (as) about meeting Sayyidina Khidr (as). Otherwise, it would have not been possible.

So he noticed and realized that, “The one I will meet has this and that attribute.” He (as), like the fish, was finding his way to the sea. Sayyidina Khidr (as) also had the ability to make him find his way in the Ocean of Power, the Ocean of Knowledge, The Divine Knowledge that his Lord taught him from Ladunnihi (from Himself). This is not for everyone. This is absolutely out of the ordinary.

Although Sayyidina Moses (as) is a human being, he was brought to the Divine Presence – this is a great matter – in order to teach him from His (swt) Ladunni Knowledge. The way to Sayyidina Khidr (as) and a sign to Sayyidina Moses (as) was, “Do not think he is like you and your situation. He has been expanded.”

If a man is trained, his Lord teaches him the Knowledge of Ladunni. If he is not trained – no way. Can what is called the ocean be called a fish? Can you call the ocean ‘fish’? Can you call the fish ‘ocean’? No. But the ocean contains all kinds of uncountable creatures. When we look at the (ocean with its) creatures, we cannot say, “This is fish.” This is the ocean with whatever it contains! However, the fish is related to the ocean. Even if it looks different, it is part of the ocean. Without the ocean it has no life.

All the universes are in the Ocean of Power. If there is no Ocean of Power, nothing becomes manifest. The universes are related to the Ocean of Power. Therefore we do not say it is exactly the same nor do we say that it is different from it. No, it is not possible. If it is not different from it, then we may say the fish is an ocean or we may say that the ocean is a fish. But the fish is not exactly a sea and it is not different from it. Allah (swt) knows best. Fatiha. O Lord teach us; teach us what will give us benefit. Our Lord, make us understand. The Imam of the Time, his secret hasn’t been opened. Like what we have touched on here. Like this it will come and all the creatures will be satisfied. Allahu Akbar! Let’s eat we became hungry! Allahu Akbar!

0 Komentar untuk "Kisah Sayyidina Khidr (as) dan Sayyidina Musa (as)"

Back To Top